Pogi
yang Malang
Pogi adalah pemuda yang
malas. Kerjanya hanya makan, tidur, dan bermain-main. Ayah dan ibunya tidak
melarang sebab mereka adalah keluarga kaya. Apa saja kemauan Pogi selalu
dituruti.
Suatu pagi, Pogi pergi bermain ke hutan. Di
tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pengembara yang membawa lima karung
yang berat. ”Hai, pemuda ! Maukah kau menolongku membawa karung ini ke kota ?
”tanya pengembara itu. Pogi pura-pura tidak mendengar. Ia tetap berjalan perlahan sambil
mengamati tumbuhan. ”Nak, aku akan memberimu salah satu dari kantong ini. Silahkan
pilih!” Pogi
masih pura-pura tidak mendengar. Huh! Tadi minta tolong sekarang malah mau
memberi karung. Paling-paling isinya Cuma sampah, bati Pogi. ” Anak muda,
karungku yang bertali merah ini berisi ramuan obat segala penyakit, sedangkan
yang bertali biru berisi bibit padi segala musim. Atau kamu mau karung dengan
tali berwarna putih? Ini berisi kain sutera pilihan, yang bertali hijau berisi
aneka macam penyedap masakan, dan yang berwarna kuning berisi emas permata.
Nah, pilihlah salah satu!” ”Ah, baiklah.”kata Pogi semangat. ”Aku pilihyang
berwarna kuning aja.” ”Apakah kamu yakin karung ini membawa keberuntungn bagimu?”
”Sangat yakin. Sudahlah, cepat berikan. Aku tidak sabar membawanya pulang
.”omel Pogi . Pengembara itu menyerahkan karung yng bertali kuning. Pogi
langsung membawa karung itu pergi tanpa berterima kasih. Setelah agak jauh,
dibukanya karung itu. Ah, betapa gembiranyaPogi saat melihat banyak emas di
dalamnya. Pogi lalu melanjutkan perjalanan pulang.
Tiba-tiba...”Pokoknya kalau bertemu orang kaya, kita rampok saja.” kata salah satu orang. Pogi yang mendengar suara itu, cepat-cepat bersembunyi. Setelah kedua orang itu berlalu, Pogi segera keluar dari persembunyiannya. Ia meneruskan dengan tergesa-gesa dan takut. Sampailah Pogi di tepi sungai. Di tempat penyeberangan itu tampak sepi. Hanya ada tiga penarik perahu. ”Sepi sekali hari ini.”ujar yang bertubuh paling kecil. ”Benar tidak seperti bisanya.” jawab yang berambut keriting. ”Bagaimana kalau kita rampok saja orang yang menyeberang dengan perahu kita ini ?” tanya yang bertubuh kekar. Ketiga penarik perahu tertawa terbahak-bahak. Mendengar hal itu Pogi semakin ketakutan. Diambilnya jalan pintas. Pogi berenang menuju ke seberang sungai. Sesampainya di tengah sungai, seekor buaya menuju ke arahnya. Tanpa ragu-ragu, Pogi memukul moncong buaya itu dengan karung yang dipanggulnya. Buaya itu malah membuka moncongnya. Pogi tak banyak berpikir. Dilemparnya karung berisi emas itu ke arah buaya. Lemparan tepat sekali. Buaya itu kesulitan mengunyah karung. Pogi merasa musuhnya lengah. Ia berenang ke tepian secepatnya. Sejak kejadian itu, Pogi menjadi sadar., ternyata emas tidak mendatangkan keberuntungan baginya. Justru mendatangkan bahaya. Sejak itu Pogi menjadi rajin dan bijaksana.
Tiba-tiba...”Pokoknya kalau bertemu orang kaya, kita rampok saja.” kata salah satu orang. Pogi yang mendengar suara itu, cepat-cepat bersembunyi. Setelah kedua orang itu berlalu, Pogi segera keluar dari persembunyiannya. Ia meneruskan dengan tergesa-gesa dan takut. Sampailah Pogi di tepi sungai. Di tempat penyeberangan itu tampak sepi. Hanya ada tiga penarik perahu. ”Sepi sekali hari ini.”ujar yang bertubuh paling kecil. ”Benar tidak seperti bisanya.” jawab yang berambut keriting. ”Bagaimana kalau kita rampok saja orang yang menyeberang dengan perahu kita ini ?” tanya yang bertubuh kekar. Ketiga penarik perahu tertawa terbahak-bahak. Mendengar hal itu Pogi semakin ketakutan. Diambilnya jalan pintas. Pogi berenang menuju ke seberang sungai. Sesampainya di tengah sungai, seekor buaya menuju ke arahnya. Tanpa ragu-ragu, Pogi memukul moncong buaya itu dengan karung yang dipanggulnya. Buaya itu malah membuka moncongnya. Pogi tak banyak berpikir. Dilemparnya karung berisi emas itu ke arah buaya. Lemparan tepat sekali. Buaya itu kesulitan mengunyah karung. Pogi merasa musuhnya lengah. Ia berenang ke tepian secepatnya. Sejak kejadian itu, Pogi menjadi sadar., ternyata emas tidak mendatangkan keberuntungan baginya. Justru mendatangkan bahaya. Sejak itu Pogi menjadi rajin dan bijaksana.
Sumber :
• Aku Cinta Bahasa Indonesia kelas IV , Tiga Serangkai
• http://muthiah-muthiah.blogspot.com/2010/10/wacana-non-ilmiah.html
• Aku Cinta Bahasa Indonesia kelas IV , Tiga Serangkai
• http://muthiah-muthiah.blogspot.com/2010/10/wacana-non-ilmiah.html